Analisis DNA: Kromosom Y Manusia Jauh Lebih Tua dari Dugaan Sebelumnya
Sebuah perusahaan tes genetik mengidentifikasi suatu garis turunan yang
tidak cocok di bagian mana pun pada pohon kromosom Y yang sudah ada,
meski pohon itu dibangun berbasis pada setengah juta orang, atau mungkin
lebih.
Penemuan dan analisis kromosom Y yang luar biasa langka dari seorang
Afrika-Amerika, mendorong mundur masa nenek moyang garis kromosom
Y hingga ke 338.000 tahun yang lalu. Kali ini melampaui usia fosil manusia modern yang secara anatomis diketahui paling tua yang pernah ditemukan.
Para
ahli genetika University of Arizona menemukan cabang genetik tertua
kromosom Y manusia – faktor hereditas yang menentukan jenis kelamin
laki-laki.
Garis turunan menyimpang yang ditemukan pada
seorang warga Amerika Serikat ini dikirimkan ke Family Tree DNA, sebuah
perusahaan yang khusus menganalisis DNA untuk melacak
akar keluarga, cabang dari pohon kromosom Y, sebelum kemunculan pertama
manusia modern secara anatomis dalam catatan fosil.
Hasilnya dipublikasikan dalam American Journal of Human Genetics.
“Analisis
kami menunjukkan, garis turunan ini menyimpang dari kromosom Y yang
sudah dikenal sekitar 338.000 tahun lalu, saat manusia modern secara
anatomis belum berkembang,” jelas Michael Hammer, seorang profesor di
departemen ekologi dan biologi evolusioner
University of Arizona, “Hal ini mendorong mundur masa nenek moyang
bersama kromosom Y, ke belakang hingga hampir 70 persen.”
Kromosom penentu jenis kelamin manusia: Kromosom X (kiri) dan yang jauh lebih kecil, kromosom Y. (Kredit: University of Arizona)
Berbeda
dengan kromosom manusia lainnya, sebagian besar kromosom Y ini
tidak mengalami pergantian materi genetik dengan kromosom lain, sehingga
mempermudah para peneliti melacak kekerabatan leluhurnya di antara
garis-garis turunan di masa kini. Jika kedua kromosom Y membawa mutasi
yang sama, itu karena keduanya memiliki leluhur paternal yang sama dalam
beberapa titik di masa lalu. Sedangkan mutasi-mutasi lain yang
memisahkan kedua kromosom Y, terlacak lebih jauh ke masa lalu.
Awalnya,
sampel DNA yang diperoleh dari seorang Afrika-Amerika asal South
Carolina ini diserahkan ke Proyek Genographic National Geographic.
Setelah melewati analisis, ternyata tak ditemukan tanda-tanda
genetik yang bisa digunakan untuk menetapkan garis turunannya ke
dalam kelompok kromosom Y tertentu. Sampel kemudian dikirim
ke perusahaan Family Tree DNA untuk dilakukan pengurutan. Fernando
Mendez, salah seorang peneliti pasca-doktoral di lab Hammer, memimpin
upaya menganalisis urutan DNA yang meliputi lebih dari 240.000 pasang
basa kromosom Y.
“Fitur yang paling mencolok dari penelitian ini
adalah di saat sebuah perusahaan tes genetik mengidentifikasi suatu
garis turunan yang tidak cocok di bagian mana pun pada pohon kromosom Y
yang sudah ada, meski pohon itu dibangun berbasis pada setengah juta
orang, atau mungkin lebih. Tak ada yang menduga akan menemukan hal
semacam ini,” tutur Hammer.
Sekitar 300.000 tahun yang lalu,
Neanderthal diyakini telah terpisah dari garis turunan nenek moyang
manusia. Tak sampai lebih dari 100.000 tahun kemudian, manusia modern
hadir secara anatomis dalam catatan fosil. Mereka terpisah dari bentuk
yang lebih purba, dengan kerangka yang lebih ringan, wajah lebih kecil
yang terselip di bawah dahi yang tinggi, tak memiliki punggungan
tengkorak dan berdagu yang lebih kecil.
Hammer menyebut variasi
kromosom Y yang baru ditemukan ini sangat luar biasa langka.
Lewat penelusuran database yang besar, akhirnya tim Hammer bisa
menemukan kromosom yang sama pada suku Mbo, sebuah populasi yang hidup
di kawasan kecil di Kamerun Barat bagian sub-Sahara Afrika.
“Ini
sungguh mengejutkan mengingat sebelumnya, cabang kromosom Y yang paling
menyimpang pernah ditemukan pada populasi pemburu-pengumpul tradisional
seperti Pigmi dan suku berbahasa-klik, KhoeSan, yang dianggap paling
menyimpang dari populasi manusia masa kini.
“Sebaliknya, sampel
ini cocok dengan DNA kromosom Y dari 11 orang yang semuanya berasal dari
kawasan sangat kecil di Kamerun Barat,” tambah Hammer, “Dan pengurutan
dari kesebelas orang ini hasilnya bervariabel, sehingga seolah-olah
mereka semua bukan turunan dari kakek yang sama.”
Hammer menentang
konsep populer “mitochondrial Eve” atau “kromosom Y Adam” yang
menyatakan bahwa semua manusia berasal dari sepasang manusia yang hidup
pada titik tertentu dalam evolusi manusia.
“Terlalu ada
banyak penegasan untuk hal ini di masa lalu,” katanya, “Adalah sebuah
kesalahpahaman jika silsilah satu wilayah genetik tunggal bisa
mencerminkan penyimpangan populasi. Sebaliknya, hasil riset kami
menunjukkan adanya kantong-kantong masyarakat yang terisolasi secara
genetik, bersama-sama melestarikan sejumlah besar keragaman manusia.”
Hammer
menambahkan, “Sangat mungkin ditemukannya lagi garis turunan menyimpang
lainnya, baik di Afrika maupun di antara warga Afrika-Amerika di
Amerika Serikat, dan beberapa dari mereka mungkin memperpanjang lebih
jauh lagi usia pohon kromosom Y.”
Studi ini mengkombinasikan upaya
dari sebuah perusahaan swasta, Family Tree DNA, upaya dari seorang
ilmuwan kewarganegaraan, Bonnie Schrack, dan kapabilitas riset di
University of Arizona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar