GERAK PADA TUMBUHAN
Satu dari sejumlah ciri makhluk hidup adalah melakukan gerak, tumbuhan sebagai makhluk hidup juga memiliki ciri tersebut. Benarkah tumbuhan bergerak? Bagaimana tumbuhan bergerak? Berikut ini akan dibahas bagaimana gerak pada umbuhan.
Satu dari sejumlah ciri makhluk hidup adalah melakukan gerak, tumbuhan sebagai makhluk hidup juga memiliki ciri tersebut. Benarkah tumbuhan bergerak? Bagaimana tumbuhan bergerak? Berikut ini akan dibahas bagaimana gerak pada umbuhan.
Seperti halnya hewan, tumbuhanpun peka terhadap rangsangan dan dapat
memberikan reaksi terhadap rangsangan yang diterimanya. Kepekaan
terhadap rangsangan disebut iritabilitas. Pada hewan, rangsangan yang
diterima oleh alat indera (alat penerima rangsang), disampaikan ke saraf
pusat melalui urat saraf, sedangkan pada tumbuhan tidak mempunyai urat
saraf. Meskipun tumbuhan tidak mempunyai urat saraf, plasma selnya tidak
berdiri sendiri. Sel yang satu dengan sel yang lain pada tumbuhan
dihubungkan oleh benang-benang plasma yang disebut plasmodesmata.
Rangsangan dari sel ke sel yang lain diteruskan melalui plasmodesmata
ini. Tanggapan (respons) terhadap rangsangan dari luar dan maupun dari
dalam pada tumbuhan akan menimbulkan gerak.
Jika diperhatikan sepintas, terasa janggal jika dikatakan tumbuhan
melakukan gerak, tetapi jika diamati dalam beberapa hari ternyata
tumbuhan itu melakukan gerak. Banyak organisme tingkat rendah, terutama
yang bersel satu dapat bergerak atau berpindah-pindah tempat. Bakteri,
ganggang satu sel, spermatozoa tumbuhan lumut, dan tumbuhan paku dapat
begerak dengan bebas dalam air.
Gerak yang dilakukan tumbuhan tingkat
tinggi sebetulnya berupa pertumbuhan yang tidak seimbang, contohnya
membeloknya ujung batang ke arah sinar matahari. Di samping itu, juga
dikenal ada gerak yang berupa pembengkokan bagian tumbuhan akibat
perbedaan tekanan turgor pada jaringan. Gerak ini dilakukan oleh bagian
tumbuhan yang bersendi, contohnya tumbuhan putri malu.
Gerak pada tumbuhan dibedakan berdasarkan bagian yang bergerak dan faktor-faktor yang mempengaruhi gerak, sebagai berikut.
A. Gerak tanpa dipengaruh rangsangan dari luar.
B. Gerak karena pengaruh rangsangan dari luar.
A. Gerak Tanpa Dipengaruhi Rangsangan dari Luar
1. Gerak Higroskopis
Apa yang
menyebabkan gerak higroskopis? Gerak ini terjadi karena perubahan kadar
air dalam sel atau mengembangnya dan mengkerutnya sel-sel yang tidak
merata pada waktu kehilangan atau memperoleh air. Contoh, membuka dan
menutupnya kotak spora tumbuhan lumut atau paku karena bergeraknya gigi
peristomnya. Gigi peristom merapat karena selnya melepaskan air akibat
udara kering. Gerak pecahnya sel-sel anulus pada kotak spora tumbuhan
paku (Gambar 1). Contoh yang lain adalah gerak pecahnya buah tumbuhan
untuk melemparkan bijinya keluar seperti buah polong-polongan, buah
jarak.
Gambar 1. Gerak pecahnya kotak spora tumbuhan paku
2. Gerak yang Belum Diketahui dengan Jelas Penyebabnya
Apa yang
menyebabkan gerakan ini? Gerak ini disebut juga gerak endonom karena
rangsangan yang menyebabkan terjadinya gerak diduga berasal dari dalam.
Mengenai gerak ini ada yang beranggapan terjadi dengan sendirinya tanpa
penyebab, oleh karena itu dinamakan juga gerak otonom. Contoh, gerak
plasma sel. Gerakan plasma ini disebut juga gerakan Brown. Hal ini dapat
dilihat pada sel-sel tumbuhan Elodea virginiana dilihat dengan mikroskop.
3. Gerak akibat kecepatan pertumbuhan yang tidak merata dan bergantian.
Contoh
gerak ini adalah gerak membentangnya daun tumbuhan paku yang sudah agak
tua. Gerak pada pucuk daun yang muda yang tadinya menggulung menjadi
mendatar, gerak berbentuk spiral ujung-ujung batang atau sulur dari daun Desmodium sp. Gerak berstruktur spiral ini dikenal juga sebagai gerak nutasi.
Gambar 2. Gerak Nutasi pada Tumbuhan
B. Gerak yang Dipengaruhi oleh Rangsangan dari Luar (Gerak Etionom)
1. Taksis
Taksis adalah gerak berpindah
tempat seluruh tumbuhan atau seluruh bagian tumbuhan (organisme) menuju
atau menjauhi datangnya rangsangan. Gerakan tersebut pada umumnya akan
menuju rangsangan yang menguntungkan dan menjauhi rangsangan yang
merugikan. Gerak taksis ini dibedakan lagi berdasarkan macam rangsangan yang menyebabkannya, sebagai berikut.
a. Fototaksis (Greek, photos = cahaya, taxis = gerak menuju atau menjauhi rangsang)
Fototaksis adalah gerak pindah tempat
menuju atau menjauhi rangsangan cahaya. Telah disepakati bahwa gerak
menuju cahaya disebut fototaksis positif, sedangkan yang menjauhi cahaya
disebut fototaksis negatif. Contoh, gerak Euglena Sp. dan
ganggang hijau satu sel menuju cahaya yang diperlukannya untuk
berfotosintesis; kloroplas dalam sel juga bergerak ke sisi yang
mendapatkan cahaya; gerak serangga menuju ke lampu neon atau lampu
lainnya.
Gerak pindah tempat tersebut tidak hanya
dilakukan oleh organisme satu sel dan hewan, tetapi dapat juga
dilakukan oleh bagian dari tumbuhan, misalnya gerak kotak spora jamur Pilobolus
mengarah ke cahaya. Jika jamur ini dimasukkan ke dalam kotak yang salah
satu dinding kotaknya diberi jendela kaca, jendela kaca tersebut
ditutup dengan penutup yang tembus cahaya. Setelah beberapa hari, jamur Pilobolus membentuk
spora, penutup kaca diambil, akan kelihatan sporangiumnya mengarah ke
dinding kotak yang ada kacanya dan adanya spora-spora jamur yang
menempel pada dinding kaca. Spora-spora ini terlempar dari sporangium Pilobolus ke dinding kaca itu. Gerak kotak spora Pilobolus ini merupakan fototaksis positif.
b. Kemotaksis (Gr. chemo = kimia + taxis)
Kemotaksis adalah gerak pindah tempat
bagian tumbuhan menuju atau menjauhi rangsangan zat kimia. Gerakan
bagian tumbuhan yang mendekati zat kimia disebut kemotaksis positif,
sedangkan gerakan menjauhi zat kimia yang bersifat racun disebut
kemotaksis negatif. Contohnya, gerak spermatozoid pada arkegonium
tumbuhan lumut dan tumbuhan paku yang mengandung sukrosa atau asam
maleat. Buluh serbuk sari di kepala putik akan tumbuh menuju ke bakal
buah karena adanya larutan gula, gerak ini juga termasuk kemotaksis
positif. Apa lagi contoh yang lain?
Gambar 3 . Gerak kemotaksis buluh serbuk sari ke stigma
Bakteri aerob di dalam percobaan Engelman, juga melakukan gerak kemotaksis positif. Pada percobaan Engelman, ganggang hijau (Spirogyra sp)
dimasukkan ke dalam gelas berisi air. Ganggang tersebut disinari dari
satu arah. Bagian kloroplas yang kena cahaya akan melakukan
fotosintesis. Sebagai hasil fotosintesis, selain dihasilkan glukosa juga
dikeluarkan oksigen. Dari percobaan ini akan kelihatan adanya
gelembung-gelembung udara. Bakteri yang bersifat aerob akan kelihatan
berkerumun di sekitar kloroplas ganggang yang kena cahaya tersebut.
Gerak kemotaksis juga terjadi pada
Protozoa seperti amuba. Amuba akan melakukan gerak kemotaksis positif
terhadap rangsangan makanan atau oksigen dan kemotaksis negatif terhadap
rangsangan karbondioksida yang melimpah atau zat-zat yang bersifat
racun. Bakteri Escherichia coli akan bergerak ke arah larutan yang mengandung glukosa, fruktosa, atau asam amino.
2. Tropisme (Gr. trope = membelok)
Tropisme adalah gerak pertumbuhan dari
bagian tubuh tumbuhan ke arah rangsangan atau menjauhi sumber
rangsangan. Gerak tropisme ini dibedakan atas beberpa jenis yaitu
sebagai berikut.
a. Fototropisme (Gr. photos + trope)
Fototropisme adalah gerak pertumbuhan
tumbuhan menuju atau menjauhi sinar (cahaya matahari). Telah disepakati
bahwa gerak pertumbuhan menuju rangsangan disebut tropisme positif,
sedangkan gerak menjauhi sumber rangsangan disebut tropisme negatif.
Contohnya, pertumbuhan ujung batang membelok ke cahaya. Hal ini dapat
dilihat pada tumbuhan yang ditanam dalam pot yang ditempatkan dalam
rumah dekat jendela (lihat Gambar 4). Gerak daun dan ujung batang menuju
cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan gerakan ujung akar
menjauhi cahaya adalah fototropisme negatif.
Gambar 4 : Fototropisme positif pada tumbuhan yang diletakkan di jendela
Bagi tumbuhan nilai respons ini sangat
berguna, akar tumbuhan yang tumbuh ke bawah menjauhi cahaya tujuannya
untuk mendapatkan air dan garam-garam mineral yang ada dalam tanah.
Batang (pucuk) tumbuhan mengarah ke atas (ke cahaya) akan membuka
daun-daunnya agar fotosintesis dapat berlangsung. Mekanisme respons
fototropisme belum semuanya diungkapkan oleh para ahli.
Charles Darwin dan putranya Francis
(1928) menemukan bahwa benih tumbuhan rumput tumbuh membelok ke cahaya
jika pucuk yang sedang tumbuh (koleoptil) sudah ada. Akan tetapi jika
koleoptil itu dipotong, tumbuhan rumput tersebut tidak lagi menunjukkan
fototropisme positif. Mereka juga menemukan jika ujung tumbuhan
dibungkus dengan kertas yang tidak tembus cahaya, fototropisme positif
tidak terjadi walaupun sisa pucuknya disinari dari satu sisi (lihat
Gambar 5). Apa yang menyebabkan terjadi demikian?
Gambar 5. Percobaan Darwin dan putranya
Darwin menyimpulkan bahwa yang
bertanggung jawab atas penginderaan cahaya adalah ujung koleoptil. Namun
respon pertumbuhan yang terjadi berada di bawah ujung koleoptil. Darwin
dan putranya berhipotesis bahwa sinyal dipindahkan dari ujung ke arah
bawah memanjang pada koleoptil tersebut. Beberapa tahun kemudian Peter
Boysen-Jensen dari Denmark menguji hipotesis Darwin dan putranya
menunjukkan bahwa sinyal tersebut merupakan suatu jenis bahan kimia yang
dapat pindah tempat. Boysen-Jensen memisahkan ujung koleoptil dengan
bagian bawahnya dengan gelatin yang memisahkan sel-sel untuk kontak
dengan koleoptil, tetapi dapat melewatkan bahan kimia, benih tersebut
membelok ke arah cahaya. Akan tetapi jika ujung koleoptil tersebut
dipisahkan dari bagian bawahnya oleh bahan yang tidak dapat dilewati
oleh bahan kimia (mika), tidak terjadi respon fototropisme (lihat Gambar
6).
Gambar 6. Percobaan Boysen dan Jensen
F.W. Went (1928) seorang ahli fisiologi
dari Holland mengekstraksi pembawa pesan kimia tropisme tersebut dengan
memodifikasi percobaan Boysen-Jensen. Went memotong koleoptil tumbuhan
dan meletakkannya di atas sepotong agar-agar. Ia berpendapat bahwa
pembawa pesan kimia itu berasal dari ujung koleoptil, seharusnya bahan
kimia tersebut berdifusi ke dalam agar-agar dan potongan agar tersebut
dapat menggantikan ujung koleoptil itu. Went menempatkan agar-agar
tersebut ke koleoptil yang sudah dipotong ujungnya. Dan benih tumbuhan
tersebut diletakkan di tempat gelap. Potongan agar yang diletakkan di
tengah potongan koleoptil menyebabkan batangnya tumbuh lurus ke atas
(lihat Gambar 7). Apa yang menyebabkan terjadinya hal demikian?
Gambar 7. Percobaan Went ke 1
Gambar 8 . Percobaan Went ke II
Akan tetapi jika potongan agar-agar itu
ditempatkan tidak ditengah, maka koleoptil tumbuh membengkok menjauhi
sisi yang ada potongan agar-agarnya (Gambar 8). Went menyimpulkan bahwa
potongan agar tersebut mengandung bahan kimia yang dihasilkan oleh ujung
koleoptil dan bahan tersebut merangsang pertumbuhan pada waktu bahan
itu dialirkan ke bawah dari koleoptil dan pucuk akan membengkok ke arah
cahaya karena konsentrasi bahan kimia perangsang pertumbuhan lebih
tinggi pada sisi koleoptil yang gelap. Went menggunakan nama auksin
untuk bahan kimia tersebut (hormon). (Bahasa Yunani auxein artinya
meningkatkan).
Auksin itu dimurnikan dan kemudian
Kenneth Thimann dan temannya dari California menemukan struktur auksin
tersebut. Hormon ini diidentifikasi sebagai indol asetic acid
(disingkat IAA). Kemudian beberapa zat yang analog (molekul dengan
fungsi yang sama) dengan auksin juga disintesis untuk menggiatkan
pemanjangan koleoptil. Beberapa auksin sintesis ini adalah 2.4 D (2,4
diklorofenoksiasetic acid) dan NAA (naftalen acetic acid). Nama auksin
sekarang merupakan istilah umum yang berhubungan dengan IAA atau zat
lain yang mempunyai pengaruh yang sama. Setelah ditemukan auksin ini
ditemukan hormon yang lainnya pada tumbuhan, contohnya giberelin,
sitokinin, dan asam absisat.
Dari hasil penelitian para ahli
menunjukkan bahwa fototropisme ini terjadi akibat ketidakseimbangan
distribusi hormon auksin pada waktu tumbuhan disinari dari satu arah.
Percobaan terhadap koleoptil tanaman jagung yang ditempatkan dalam kamar
gelap menunjukkan terjadi pembelokan ujung koleoptil setelah diberi
penyinaran di satu sisi. Hal ini disebabkan karena penyebaran auksin
yang tidak sama mengalir dari ujung koleoptil ke sisi yang diberi cahaya
dan sisi yang tidak diberi cahaya. Perbedaan jumlah auksin ini
merangsang pemanjangan sel di satu sisi dan pembelokan ke arah sisi
lain. Auksin di bagian yang disinari pindah tempat ke bagian yang tidak
kena sinar dan menyebabkan pada bagian yang tidak disinari auksin lebih
banyak. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan di bagian yang tidak
disinari meningkat dibandingkan yang kena sinar, sehingga tumbuhnya
membelok.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
cahaya yang unilateral pada tangkai bunga matahari menyebabkan auksin
yang tidak merata. Namun, penyebaran yang tidak merata pada sisi tangkai
bunga tumbuhan tersebut dapat bertindak sebagai penghambat pertumbuhan
di satu sisi.
Kita telah mengetahui bahwa penyinaran
sebelah sisi dari pertumbuhan batang, menyebabkan redistribusi auksin
menjauhi sisi yang menerima cahaya, yang menyebabkan perpanjangan di
sebelah sisi yang tidak kena cahaya. Tampaknya, bahwa pigmen-pigmen yang
menyerap cahaya biru mempengaruhi redistribusi hormon Indol asam asetat
(IAA) ini. Hal ini mempengaruhi fototropisme pada batang. Bagaimana
terjadinya fototropisme negatif pada akar?
Telah ditemukan bahwa konsentrasi IAA
yang optimum terhadap perpanjangan sel-sel akar kira-kira 100.000 kali
kurang daripada konsentrasi IAA yang optimum untuk pemanjangan sel-sel
batang (Gambar 9). Jadi dengan perkataan lain konsentrasi IAA yang
menstimulus pertumbuhan batang akan menghambat pertumbuhan akar. Jika
sistem akar tanaman (dalam air) disinari dari salah satu sisi, batang
akan mengarah ke cahaya. Pada akar, auksin akan banyak pada bagian yang
jauh dari cahaya, konsentasi yang tinggi itu akan menghambat pertumbuhan
akar yang tidak kena cahaya, sehingga pada sisi yang berlawanan tumbuh
lebih cepat, sehingga akar akan memanjang menjauhi cahaya. Tingginya
intensitas cahaya dan lamanya penyinaran mempengaruhi gerakan
fototropisme pada tumbuhan.
Gambar 9.
Grafik efek konsentrasi auksin yang berbeda pada akar dan batang
Grafik efek konsentrasi auksin yang berbeda pada akar dan batang
Gambar 10. Perpindahan auksin kesisi lain pada kecambah gandum
b. Geotropisme
(Gr. geo = bumi + trope = membelok) adalah gerak bagian tumbuhan menuju
atau menjauhi pusat bumi. Gerak ujung akar utama merupakan geotropisme
positif, sedangkan gerak tumbuh batang adalah geotropisme negatif. Hal
ini dapat diperlihatkan dengan percobaan tanaman jawer kotok dalam pot
berdiri tegak, kemudian dibaringkan selama empat hari akan kelihatan
pertumbuhan batang (pucuk) membelok ke atas. (lihat Gambar 11). Dapat
juga dilihat pada kecambah yang dibaringkan setelah 24 jam kelihatan
pucuk mengarah ke atas sedangkan akarnya menuju ke bawah (Gambar 12).
Tumbuhan dapat membedakan atas dan bawah
dengan adanya pengendapan statolit yaitu plastid khusus yang mengandung
butiran-butiran pati pada sel-sel yang lebih rendah letaknya. Pada akar
statolit terletak pada sel-sel tertentu di tudung akar. Menurut
hipotesis, penumpukan statolit pada sel-sel yang bagian rendah akan
memicu pendistribusian kalsium dan menyebabkan terjadi transpor auksin
secara lateral pada akar. Auksin dan kalsium akan terakumulasi di sisi
yang lebih rendah pada daerah pemanjangan akar. Pada akar, konsentrasi
auksin yang tinggi akan menghambat pemanjangan sel dan memperlambat
pertumbuhan pada bagian yang lebih rendah pada akar tersebut.
Geotropisme positif ini akan terus terjadi sampai akar tumbuhan tersebut
tumbuh lurus ke bawah.
Gambar 11. Batang menunjukkan geotropisme negatif
Gambar 12. Pucuk geotropisme negatif, akar geotropisme positif
Gerak fototropisme maupun gerak
geotropisme dikontrol oleh hormon auksin. Jika tanaman diletakkan secara
horizontal, batang akan mengarah ke atas dan akar akan menuju ke bawah
(Gambar 11). Jika tumbuhan diletakkan ditempat yang gelap, tumbuhan akan
tergantung pada gravitasi dan tidak dipengaruhi oleh cahaya. Jika
tanaman diletakkan secara horizontal akan memperlihatkan bahwa dua
pertiga auksin akan berada di sebelah bawah baik pada bagian ujung
batang maupun pada akar bagian apeks. Jadi hormon bergerak ke sel-sel
yang akan mengalami pemanjangan, oleh sebab itu hormon karena pengaruh
gaya tarik bumi berada di sebelah bawah. Akibatnya pada akar terjadi
pemanjangan sel-sel pada daerah yang sedikit hormon, sehingga akar akan
membelok ke bawah, sedangkan pada pucuk sebaliknya (Gambar 13).
Gambar 13 . Interaksi gravitasi dan auksin mengontrol gerak batang dan akar
c. Tigmotropisme (Gr. thigma = singgungan atau sentuhan, trope = mengarah/membelok)
Tigmotropisme adalah gerak dari bagian
tumbuhan yang membelok akibat persinggungan dengan suatu benda (lihat
Gambar 14). Gerakan ini dapat dilihat pada ujung batang atau sulur
tumbuhan memanjat yang membelit pada bambu atau ranting pohon, seperti
tanaman anggur, kacang panjang, kacang buncis, mentimun, markisa, atau
paria. Umumnya organ pelilit ini tumbuh lurus sampai dia menyentuh
sesuatu, setelah menyentuh bambu atau benda lainnya, tanaman itu akan
melilit. Apa yang menyebabkan terjadinya hal demikian?
Pertumbuhan lebih cepat terjadi pada
bagian yang tidak kena sentuh. Hal ini diduga disebabkan oleh
peningkatan produksi etilen sebagai tanggapan terhadap rangsang mekanis.
Gambar 14 . Gerak Tigmotropisme pada sulur tanaman markisa
d. Hidrotropisme (Hydro = air, trope = mengarah/membelok)
Hidrotropisme adalah gerakan yang
dilakukan tumbuhan sebagai respon terhadap rangsangan yang berupa air.
Akar tumbuhan akan melakukan gerak hidrotropisme positif. Kadang-kadang
didapatkan bahwa respon atau reaksi tumbuhan terhadap rangsangan air
lebih besar, jika dibandingkan dengan rangsangan gaya tarik bumi.
3. Nasti
Nasti (Gr. nastic= perubahan posisi)
adalah gerak bagian tumbuhan yang disebabkan adanya rangsangan dari
luar, tetapi gerakannya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya
rangsangan. Gerak nasti ini dibedakan lagi atas beberapa macam yaitu
sebagai berikut.
a. Tigmonasti (Gr. thigma=sentuhan + nastic)
Tigmotropisme adalah gerakan menutup
yang terjadi pada daun tumbuhan yang disebabkan oleh sentuhan. Gerak ini
dapat dilihat, jika daun tanaman putri malu (Mimosa pudica)
disentuh, daun-daun tumbuhan tersebut akan menutup atau melipat (lihat
Gambar 15). Tanggapan terhadap sentuhan ini memerlukan waktu satu atau
dua detik. Apa yang menyebabkan daun-daun putri malu ini menutup? Hal
ini disebabkan oleh kehilangan tekanan turgor secara tiba-tiba dalam
sel-sel parenkim pada pulvinus dekat tangkai daun (petiolus) tumbuhan
putri malu tersebut. Jika yang disentuh hanya ujung anak-anak daun saja,
maka yang akan melipat berpasang-pasangan dari ujung ke pangkal daun,
disusul daun berikutnya di sepanjang batang itu, demikian seterusnya
sampai semua daun melipat. Seolah-olah ada rangsang yang mengalir dari
daun ke daun yang lain.
Apa yang menyebabkan gerakan tersebut?
Pada waktu daun disentuh atau rangsangan panas, sel-sel kehilangan
kalium yang menyebabkan air keluar dari sel-sel pulvinus bagian bawah
pangkal daun dan masuk ke ruang antar sel secara osmosis, akibatnya
tekanan turgor sel-sel itu menurun dan turgor sel-sel bagian atas tetap
sama (Gambar 14). Hal ini menyebabkan petiolus bergerak ke bawah,
sedangkan anak-anak daun bergerak ke atas (menutup). Setelah sepuluh
menit turgor akan kembali normal, sehingga daun kembali seperti keadaan
semula.
Gambar 15. a . Tumbuhan putri malu sebelum disentuh.
b.Tumbuhan putri malu setelah disentuh.
Gambar 16. Pulvinus pada saat tekanan turgor tinggi
Dari titik perangsangan, rangsang ini
mengalir seperti gelombang ke seluruh tumbuhan itu dengan kecepatan
kira-kira satu centimeter per detik. Pembawa pesan kimia ini diduga
memiliki peranan dalam pemindahan ransang ini. Dalam hal ini, suatu
rangsang listrik dapat dideteksi dengan cara menempelkan elektroda pada
tumbuhan tersebut. Rangsang ini disebut potensial aksi yang mirip dengan
pesan rangsang pada hewan, walaupun lebih lambat ribuan kali.
Fungsi tingkah laku tumbuhan yang
sensitif ini masih mengundang tanda tanya. Diduga dengan cara melipat
daunnya dan mengurangi luas permukaan pada waktu diterpa angin kencang,
tumbuhan dapat menghemat air. Barangkali dengan melipatnya daun,
duri-duri dahan akan menonjol, sehingga hewan pemakan tumbuhan
mengurungkan niatnya untuk memakan daun-daunnya.
Contoh lain gerak tigmonasti adalah
menutupnya kantung semar, setelah serangga masuk ke dalam kantong
tersebut (lihat Gambar 17). Menutupnya daun-daun tanaman penangkap lalat
venus (Dianaea sp.), setelah lalat masuk (Gambar 18). Gerak pada
daun penangkap lalat tersebut disebabkan potensial aksi dari
rambut-rambut sensoris daun dihantarkan pada sel-sel yang merespon
dengan menutup daun perangkap tersebut.
Gambar 17 : Tumbuhan kantung semar
Gambar 18. Daun tumbuhan penangkap lalat menutup setelah lalat masuk.
b. Niktinasti
Niktinasti adalah gerak tidur daun
tumbuhan yang disebabkan oleh tidak adanya cahaya matahari (terjadinya
malam hari). Gerakan ini dapat dilihat pada daun-daun Oxalis sp
(calincing) (Gambar 19) dan tumbuhan leguminosae, seperti daun-daun
flamboyan, kembang merak, petai cina, dan daun tanaman asam jawa (Tamarindus indica)
yang menutup malam hari. Daun-daun ini merundukkan daunnya pada malam
hari dan menaikkan daunnya pada posisi horizontal pada siang hari.
Gerakan tidur ini disebabkan oleh perubahan harian pada tekanan turgor
dalam sel-sel pulvinus. Pada waktu daun pada posisi horizontal, sel-sel
pada satu sisi pulvinus akan membengkak (tekanan turgor tinggi),
sementara sel-sel pada sisi yang berlawanan akan mengkerut. Keadaan ini
akan terbalik pada waktu malam hari daun menutup ke posisi tidur.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Jika menanam tanaman supaya tumbuhnya
lurus jangan diletakkan di tempat yang kena cahaya dari satu arah,
karena tumbuhan yang kena penyinaran dari satu arah akan terjadi
pembelokan ke arah cahaya. Petani yang menanam pohon jati, umumnya
menanam pohon jati tersebut agak rapat agar pohon itu tumbuh tinggi dan
lurus.
Pada waktu kita menanam batang pohon
singkong diusahakan jangan terbalik, karena pucuk tanaman singkong itu
akan tumbuh lama karena memerlukan waktu untuk tumbuh menuju ke atas.
Begitu juga jika mau menanam tanaman yang distek lainnya.